Pengumuman

selamat datang di blog adree291, demi kemajuan kita, maka komentar, saran dan kritik anda gw tunggu, send me an email to adrielfikri@gmail.com

selamat datang anak bangsa!!!

ketika yang berserak kini berhimpun, dengan menatap masa depan meraih mimpi mewujudkan cita-cita kemerdekaan dengan semangat Independen jiwa dan diri sebagai Hamba Allah yang senantiasa berada dalam Limpahan Karunia Ilahi

Selasa, 12 April 2011

Ilmu: Antara Tantangan dan Masa Depan


Oleh adree Dzeelapiano

Filsafat dan Ilmu adalah dua hal yang saling terikat satu sama lain, baik secara subtansial maupun historis. Karena, ilmu lahir tidak lepas dari peran filsafat, begitu pun sebaliknya, peranan ilmu dapat memperkuat keberadaan filsafat.

Keberadaan filsafat secara historis, mampu merubah pola pikir bangsa yunani dan umat manusia yang awalnya berpandangan mitosentris menjadi logosentris. Yang awalnya berpandangan bahwa semua yang terjadi di alam jagad raya ini adalah kehendak dewa, kini justru dirubah menjadi pola rasio yang memang terjadi secara teoritis dan sistemik.

Pola pikir yang berubah pesat dari pola mitosentris menjadi logosentris ini, tidak berdampak kecil bagi kelangsungan hidup manusia. Alam yang tadinya ditakuti karena kepercayaan dan ketakutan kepada dewa sangat tinggi, kini dapat didekati bahkan dieksploitasi. Perubahan itu dapat kita jumpai pada temuan-temua hokum alam dan teori-teori ilmiah, yang hari ini banyak dipelajari dan menjadi acuan akademik. Semua gejala yang terjadi, baik alam jagad raya ini (makrokosmos) maupun gejala yang terjadi pada alam kemanusiaan, dapat kita analisa melalui berbagai macam disiplin ilmu. Untuk mengkaji alam jagad raya ini, dapat kita lakukan dan kita temukan dengan pendekatan astrologi, fisikia, kimia, dll. Sedangkan alam kemanusiaan dapat kita jumpai dengan pendekatan sosiologi, biologi, psychology, dll. Ilmu-ilmu tersebut kemudian terspesialisasikan, dan dipersempit, sehingga bersifat aplikatif dan sangat dapat dirasakan manfaatnya.

Ilmu yang terspesialisasikan baik kedalam pendekatan makrokosmos maupun mikrokosmos, kemudian dalam perkembanganya, Ilmu terbagi kedalam beberapa disiplin yang membutuhkan pendekatan, objek dan ukuran yang berbeda-beda antar disiplin ilmu yang satu dengan lainya. Sehingga, cabang ilmu semakin subur dengan segala varietasnya.

Ilmu yang kemudian terbagi kedalam variasinya masing-masing itu, kemudian tak dapat dipungkiri terbentuknya sekat-sekat antar disiplin ilmu lainya, sehingga muncul arogansi-arogansi antar ilmu tersebut, bahkan bukan hanya sekat dan arogansinya, akan tetapi akan terjadi pemisahan antara ilmu dengan cita luhurnya yang bertujuan untuk menyejahterakan umat manusia. Bahkan lebih bahaya lagi jika kemudian, ilmu menjadi bencana bagi kehidupan umat manusia, sehingga menimbulkan kekacauan sosial dan kekacauan alam yang belakangan juga sudah kita rasakan, seperti adanya pemanasan global dan dehumanisasi di sekitar kita.
Kekacauan-kekacauan yang melanda, baik alam makrokosmos maupun mikrokosmos yang sudah terdeskripsi itulah, yang kemudian menjadi sebuah tantangan sekaligus menjadi masa depan ilmu. Karena bak 2 bilah pisau,

Minggu, 05 Desember 2010

Terbentuknya Timor Leste

Atas Nama darah dan Air Mata

“Kadang-kadang, saya merasa sangat marah. Saya bisa menjadi begitu gila dan satu-satunya yang saya inginkan adalah membunuh semua pelaku pembunuhan. Dan kemudian, di lain waktu, saya pikir: tetapi suami saya telah meninggal. Tidak ada yang dapat mengembalikannya, bahkan pembalasan dendam.” (CAVR Homepage, www.easttimor-reconciliation.org, Quotable Quotes) Itulah kata-kata seorang janda yang keluarganya menjadi korban pembunuhan di Timor Leste selama pemerintahan Indonesia.

Hampir semua keluarga di Timor Timur mengalami kehilangan anggota keluarganya selama dua puluh empat tahun pemerintahan Indonesia di sana. Antara 200.000- 250.000 orang, sekitar sepertiga dari jumlah penduduk, tewas di dalam perang, kelaparan, epidemik, dan penyiksaan brutal oleh tentara-tentara Indonesia. Milisi-milisi sipil pro-Indonesia membunuh lebih dari 1.500 orang pada 1999.

Keluarga hancur, dan orang-orang yang dicintai “hilang” atau

Rabu, 24 November 2010

Kultur yang Terkultuskan

Oleh adree dzeelapiano
Kajian terhadap Masyarakat Konservatif-otoriterian baru


Ikatan yang terjalin melalui sebuah formalitas, dan menjadi rutinitas kebudayaan dalam sebuah komunitas membuat ikatan tersebut erat dan tak terlepaskan. Namun eratnya hubungan itu terjalin dengan kemudian saling mengikat, membuat ritus yang dilaksanakan dalam serangkaian acara formalitas tersebut digunakan secara kontinuitas bahkan menjadi rujukan untuk regenerasi yang berjalan secara sistematis. 

Prosesi yang di anggap sukses oleh mereka yang cepat puas, kemudian membuat ini menjadi hal yang tak bisa dilepas dan menjadi ritus sakral untuk dapat dilakukan. Dan subjek pelaku di dalamnya akan menjadi juru kunci dan dinobatkan sebagai sosok agitator penerus nilai cultur tersebut.

Ketika kultur tersebut menjadi rujukan di generasi selanjutnya, cultur tersebut dipatok pada titik yang telah ditentukan, sehingga tak bisa menyesuaikan diri dengan keadaan-keadaan real di waktu yang berlaku. Dan para subjek yang berada didalam ruang lingkup penjaga sejarah atau generasi selanjutnya hanya berada pada titik yang telah dipatok dan tak mampu keluar dari nilai kultur yang terpatok oleh kesuksesan relatif. Inilah yang kemudian mempersempit ruang kemajuan dalam berfikir bagi regenerasi yang terus berlanjut.

Proses pembakuan tersebut akan berubah ketika ada momentum yg penting, dan itupun akan menjadi acuan kuat untuk terus berubah dan sayangnya lagi-lagi itu akan terkultuskan kembali.  Improve yang mengarah pada yg lebih baik pun sulit untuk dilakukan, karena terjebak dalam ruang dilematis di antara mempertahankan dan menghormati apa yg terkultuskan lebih dulu dan membuat perubahan yang lebih baik. Sehingga tidak membuat beban moral bertambah bagi subjek-subjek baru dan subjek yg akan datang.

Maka dari itu, kebebasan dalam berfikir dan berinovasi, berdikari dan membiarkan perubahan dalam keseharian adalah sebuah hal terpenting. Karena, keluar dari batasn untuk mebuat batas yang tak terukur dan tak berbatas adalah sesuatu yang perlu, akan tetapi jangan jadikan itu hal yang penting bahkan wajib. 

Kebebasan dalam berfikir, bertindak juga berinovasi harus menjadi bentuk tanggung jawab bagi semua subjek yang tersangkut di dalamnya, agar tidak membuat kungkungan baru seputar habitat yang ada.@adree

Bebaskan mereka dari sgala doktrin, dan biarkan mereka memilih juga berkreasi.

Sabtu, 07 Agustus 2010

Kristiani di Negara Islam

“..Orang Kristen di Negara-negara Islam membutuhkan dukungan dari Orang Muslim di Negara-negara Kristen..” (Alamy, 2006)

“Yah, memang sudah saatnya ada yang mengemukakan hal ini bukan?” kata seorang Kristen, ketika ia melihat Paus Benediktus datang ke Turki, dan menyatakan pentingnya penghargaan terhadap hak-hak orang Kristen, maupun orang-orang non muslim lainnya di sana.

Saat ini, Turki sedang dipertimbangkan sebagai salah satu anggota Uni Eropa. Paus Benediktus, pimpinan tertinggi Gereja Katolik Roma, dalam kunjungannya kesana menyatakan bahwa Turki harusnya memberikan ruang kepada orang-orang non muslim di negara mereka sebagai salah satu tanda layaknya Turki diterima sebagai salah satu anggota Uni Eropa. Argumennya begini, karena di negara-negara Barat yang mayoritas Kristen, minoritas Muslim diberikan hak penuh untuk mempraktekkan iman dan kepercayaannya, maka negara-negara Barat tersebut mengharapkan agar negara-negara Muslim menunjukkan rasa hormat terhadap hak-hak orang-orang Kristen, dan non Muslim pada umumnya, untuk juga mempraktekkan iman dan kepercayaan mereka.

Memang, pelanggaran terhadap hak-hak orang non Muslim untuk mempraktekkan iman dan kepercayaan mereka di negara-negara Muslim seringkali dilanggar. Di Arab Saudi, orang-orang non Muslim dilarang untuk beribadah sesuai dengan iman dan kepercayaan mereka. Di Nigeria dan Sudan, orang-orang non Muslim juga

Minggu, 18 Oktober 2009

Tri Dharma Perguruan Tinggi Sebagai mainstream Berfikir Mahasiswa

Oleh dzeelapiano el-fikri

Pendidikan yang kini telah memasuki Tahun Ajaran baru di harapkan dapat membawa suasana baru dalam dunia Pendidikan. Karena hakikat pendidikan meliputi aspek pembangunan social masyarakat yang sejahtera dan mandiri. Pendidikan yang mampu membebaskan masyarakat dari segala kebergantungan social, pendidikan yang mampu membedakan manusia dengan genus-genus lainya, yang pada akhirnya pendidikan mampu membawa masyarakat pada tingkat kemakmuran social yang berarti dan dapat dirasakan oleh semua warga masyarakat di dunia.

Pendidikan sejak masih dalam tataran dasar sampai dengan tataran menengah menyuguhkan pengetahuan (knowledge atau ilmu) yang mampu membedakan manusia dengan genus-nya. karena Pengetahuan (knowledge atau ilmu) adalah bagian yang essential-accident dari manusia, pengetahuan juga adalah buah dari bagaimana manusia itu "berpikir".

Berpikir (natiqiyyah) merupakan differentia (fashl) yang memisahkan manusia dari sesama genus-nya, yaitu hewan. Manusia diciptakan dengan disertai akal dan juga fikiran. Karena penyertaan akal dan fikiran itulah