Pengumuman

selamat datang di blog adree291, demi kemajuan kita, maka komentar, saran dan kritik anda gw tunggu, send me an email to adrielfikri@gmail.com

selamat datang anak bangsa!!!

ketika yang berserak kini berhimpun, dengan menatap masa depan meraih mimpi mewujudkan cita-cita kemerdekaan dengan semangat Independen jiwa dan diri sebagai Hamba Allah yang senantiasa berada dalam Limpahan Karunia Ilahi

Minggu, 05 Desember 2010

Terbentuknya Timor Leste

Atas Nama darah dan Air Mata

“Kadang-kadang, saya merasa sangat marah. Saya bisa menjadi begitu gila dan satu-satunya yang saya inginkan adalah membunuh semua pelaku pembunuhan. Dan kemudian, di lain waktu, saya pikir: tetapi suami saya telah meninggal. Tidak ada yang dapat mengembalikannya, bahkan pembalasan dendam.” (CAVR Homepage, www.easttimor-reconciliation.org, Quotable Quotes) Itulah kata-kata seorang janda yang keluarganya menjadi korban pembunuhan di Timor Leste selama pemerintahan Indonesia.

Hampir semua keluarga di Timor Timur mengalami kehilangan anggota keluarganya selama dua puluh empat tahun pemerintahan Indonesia di sana. Antara 200.000- 250.000 orang, sekitar sepertiga dari jumlah penduduk, tewas di dalam perang, kelaparan, epidemik, dan penyiksaan brutal oleh tentara-tentara Indonesia. Milisi-milisi sipil pro-Indonesia membunuh lebih dari 1.500 orang pada 1999.

Keluarga hancur, dan orang-orang yang dicintai “hilang” atau

Rabu, 24 November 2010

Kultur yang Terkultuskan

Oleh adree dzeelapiano
Kajian terhadap Masyarakat Konservatif-otoriterian baru


Ikatan yang terjalin melalui sebuah formalitas, dan menjadi rutinitas kebudayaan dalam sebuah komunitas membuat ikatan tersebut erat dan tak terlepaskan. Namun eratnya hubungan itu terjalin dengan kemudian saling mengikat, membuat ritus yang dilaksanakan dalam serangkaian acara formalitas tersebut digunakan secara kontinuitas bahkan menjadi rujukan untuk regenerasi yang berjalan secara sistematis. 

Prosesi yang di anggap sukses oleh mereka yang cepat puas, kemudian membuat ini menjadi hal yang tak bisa dilepas dan menjadi ritus sakral untuk dapat dilakukan. Dan subjek pelaku di dalamnya akan menjadi juru kunci dan dinobatkan sebagai sosok agitator penerus nilai cultur tersebut.

Ketika kultur tersebut menjadi rujukan di generasi selanjutnya, cultur tersebut dipatok pada titik yang telah ditentukan, sehingga tak bisa menyesuaikan diri dengan keadaan-keadaan real di waktu yang berlaku. Dan para subjek yang berada didalam ruang lingkup penjaga sejarah atau generasi selanjutnya hanya berada pada titik yang telah dipatok dan tak mampu keluar dari nilai kultur yang terpatok oleh kesuksesan relatif. Inilah yang kemudian mempersempit ruang kemajuan dalam berfikir bagi regenerasi yang terus berlanjut.

Proses pembakuan tersebut akan berubah ketika ada momentum yg penting, dan itupun akan menjadi acuan kuat untuk terus berubah dan sayangnya lagi-lagi itu akan terkultuskan kembali.  Improve yang mengarah pada yg lebih baik pun sulit untuk dilakukan, karena terjebak dalam ruang dilematis di antara mempertahankan dan menghormati apa yg terkultuskan lebih dulu dan membuat perubahan yang lebih baik. Sehingga tidak membuat beban moral bertambah bagi subjek-subjek baru dan subjek yg akan datang.

Maka dari itu, kebebasan dalam berfikir dan berinovasi, berdikari dan membiarkan perubahan dalam keseharian adalah sebuah hal terpenting. Karena, keluar dari batasn untuk mebuat batas yang tak terukur dan tak berbatas adalah sesuatu yang perlu, akan tetapi jangan jadikan itu hal yang penting bahkan wajib. 

Kebebasan dalam berfikir, bertindak juga berinovasi harus menjadi bentuk tanggung jawab bagi semua subjek yang tersangkut di dalamnya, agar tidak membuat kungkungan baru seputar habitat yang ada.@adree

Bebaskan mereka dari sgala doktrin, dan biarkan mereka memilih juga berkreasi.

Sabtu, 07 Agustus 2010

Kristiani di Negara Islam

“..Orang Kristen di Negara-negara Islam membutuhkan dukungan dari Orang Muslim di Negara-negara Kristen..” (Alamy, 2006)

“Yah, memang sudah saatnya ada yang mengemukakan hal ini bukan?” kata seorang Kristen, ketika ia melihat Paus Benediktus datang ke Turki, dan menyatakan pentingnya penghargaan terhadap hak-hak orang Kristen, maupun orang-orang non muslim lainnya di sana.

Saat ini, Turki sedang dipertimbangkan sebagai salah satu anggota Uni Eropa. Paus Benediktus, pimpinan tertinggi Gereja Katolik Roma, dalam kunjungannya kesana menyatakan bahwa Turki harusnya memberikan ruang kepada orang-orang non muslim di negara mereka sebagai salah satu tanda layaknya Turki diterima sebagai salah satu anggota Uni Eropa. Argumennya begini, karena di negara-negara Barat yang mayoritas Kristen, minoritas Muslim diberikan hak penuh untuk mempraktekkan iman dan kepercayaannya, maka negara-negara Barat tersebut mengharapkan agar negara-negara Muslim menunjukkan rasa hormat terhadap hak-hak orang-orang Kristen, dan non Muslim pada umumnya, untuk juga mempraktekkan iman dan kepercayaan mereka.

Memang, pelanggaran terhadap hak-hak orang non Muslim untuk mempraktekkan iman dan kepercayaan mereka di negara-negara Muslim seringkali dilanggar. Di Arab Saudi, orang-orang non Muslim dilarang untuk beribadah sesuai dengan iman dan kepercayaan mereka. Di Nigeria dan Sudan, orang-orang non Muslim juga