Atas Nama darah dan Air Mata
“Kadang-kadang, saya merasa sangat marah. Saya bisa menjadi begitu gila dan satu-satunya yang saya inginkan adalah membunuh semua pelaku pembunuhan. Dan kemudian, di lain waktu, saya pikir: tetapi suami saya telah meninggal. Tidak ada yang dapat mengembalikannya, bahkan pembalasan dendam.” (CAVR Homepage, www.easttimor-reconciliation.org, Quotable Quotes) Itulah kata-kata seorang janda yang keluarganya menjadi korban pembunuhan di Timor Leste selama pemerintahan Indonesia.
Hampir semua keluarga di Timor Timur mengalami kehilangan anggota keluarganya selama dua puluh empat tahun pemerintahan Indonesia di sana. Antara 200.000- 250.000 orang, sekitar sepertiga dari jumlah penduduk, tewas di dalam perang, kelaparan, epidemik, dan penyiksaan brutal oleh tentara-tentara Indonesia. Milisi-milisi sipil pro-Indonesia membunuh lebih dari 1.500 orang pada 1999.
Keluarga hancur, dan orang-orang yang dicintai “hilang” atau
manusia teLah dibendakan, bahkan turun sampai pada level-level benda mati. di butuhkan untuk memenuhi hasrat materialistis dan di campakkan setelah habis fungsinya. maka, kesejahteraan bukan Lagi kebutuhan primer setiap manusia.
selamat datang anak bangsa!!!
ketika yang berserak kini berhimpun, dengan menatap masa depan meraih mimpi mewujudkan cita-cita kemerdekaan dengan semangat Independen jiwa dan diri sebagai Hamba Allah yang senantiasa berada dalam Limpahan Karunia Ilahi
Minggu, 05 Desember 2010
Langganan:
Postingan (Atom)