Pengumuman

selamat datang di blog adree291, demi kemajuan kita, maka komentar, saran dan kritik anda gw tunggu, send me an email to adrielfikri@gmail.com

selamat datang anak bangsa!!!

ketika yang berserak kini berhimpun, dengan menatap masa depan meraih mimpi mewujudkan cita-cita kemerdekaan dengan semangat Independen jiwa dan diri sebagai Hamba Allah yang senantiasa berada dalam Limpahan Karunia Ilahi

Kamis, 23 Juli 2009

Pragmatis dan Subjektif , Dilematis!!

Dialektika yang sering kali menjadi hal luar biasa terkadang menjadi hal yang dilematis. Dialektika yang sering terjadi kini tidak lagi berangkat daripada nilai rasionalitas sebagai esensi daripada penilaian seberapa wajarkah hal tersebut menjadi wacana yang tersirat di tengah kondisi yang kian labil.

Dialektika yang diberikan baik secara formil dan atau non formil selalu saja di tekankan kepada nilai kritis daripada apa yang tidak sesuai dengan gaya kehidupan yang semestinya. Namun, sering kali nilai-nilai pendewasaan dalam dialektika berbenturan pada mainstream yang bermuara pada nilai subjektifitas dan pragmatis.

Objektifitas yang bermula pada penekanan bagaimana penilaian dimulai dari hal yang benar dan nyata dengan didasari oleh rasionalitas sehingga bersifat universal dan dapat di terima oleh akal dan fikiran setiap individu acap kali menjadi hal yang relatif dilematis. Dinamisasi yang sering terjadi di mulai daripada ambisi yang berangkat dari seberapa besar keuntungan akan di terima dengan tidak lagi berbicara rasional dan juga hal yang sifatnya objektif.

Pragmatis dengan mudahnya membangun resistensi terhadap nilai subjektifitas yang timbul karena tidak lagi berbicara bagaimana idiologi dapat dipertahankan, dengan demikian idiologi terjual dan dapat bernilai yang lalu idiologi tidak lagi menjadi hal yang menjunjung tinggi idealisme.

Idealisme yang terbangun dari filosofi hidup mengedepankan norma diri sebagai manusia makhluk yang berakal budi. Dengan ini seharusnya nilai kritis dapat terbangun dari pengejawantahan subjektifitas irrasionalism.

Penilaian yang kini sering kali tidak berdasarkan rasionalitas dan juga objektifitas, membuat resistensi yang berkepanjangan terhadap nilai dan juga norma dasar sebagai manusia dan juga Mahasiswa.

Suara yang kini dapat diperjualbelikan menjadikan suara tersebut bagai tak berbalas tangan, berbuah manis yang kemudian tak lagi dipandang oleh masyarakat. Jika dirasakan, ini membuat kita tak lagi mendapat simpati penuh dari masyarakat.

Keadaan ekonomi memang sering sekali mendorong kita kepada hall yang tidak rasional, lari dari kenyataan yang tidak lagi mampu mewujudkan apa yang di inginkan seutuhnya.

Walaupun begitu, kerasnya usaha kita membentuk opini yang idealis di tengah masyarakat berdasrkan Tri Dharma berlandaskan Pancasila serta menjunjung tinggi perbedaan, maka bukan suatu yang absurd untuk mewujudkan Amanat agama dan bangsa ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar