Pengumuman

selamat datang di blog adree291, demi kemajuan kita, maka komentar, saran dan kritik anda gw tunggu, send me an email to adrielfikri@gmail.com

selamat datang anak bangsa!!!

ketika yang berserak kini berhimpun, dengan menatap masa depan meraih mimpi mewujudkan cita-cita kemerdekaan dengan semangat Independen jiwa dan diri sebagai Hamba Allah yang senantiasa berada dalam Limpahan Karunia Ilahi

Senin, 10 Agustus 2009

Mahasiswa dan Kemahasiswaan

Refleksi Mahasiswa sebagai Agent of Change

Waktu yang terus berjalan, mengejar serta menindas dan akan terus menginjak-injak kita tanpa belas kasih mebuat kita terus terbelenggu dan terkungkung dalam ketidaktahuan dan terus berada dalam kebodohan bila kita tidak berlari lebih kencang daripada waktu. Namun disadari atau tidak, Kunci utama hari ini untuk membuka alam penindasan tersebut adalah Ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang seharusnya bisa membebaskan kita bukan malah membawa kita ke alam yang lebih kelam dan membuat kita takut kepada masa depan. Baik jika diingat disini,

“bagi siapa yang ingin menguasai dunia, maka harus baginya memiliki ilmu, bagi siapa yang ingin menguasai akhirat, maka baginya harus memiliki ilmu, dan bagi siapa yang ingin memiliki keduanya maka baginya pula harus memiliki ilmu”

Relative memang, tapi disadari atau tidak, ilmu memiliki sifat yang terus melindungi manusia dari kekangan alam yang terus berkembang, sejajar dengan itu pula kita sebagai mahasiswa mempunyai tuntutan untuk “mencari siapa diri kita sebenarnya?”membebaskan diri kita dari waktu yang selalu mendorong kita tetap akan terjatuh pada
lubang kenistaan, yang akhirnya membuat kita tak berarti bagi kehidupan social.

Karena telah dikatakan “sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi manusia lainnya”. bagaimana dengan kita?? Ketika kita diam dan terus dalam ketidaktahuan, maka mungkin kita juga bisa menjawabnya….

Kekangan dan keterkungkungan kita sebagai manusia yang juga mengemban amanat sebagai mahasiswa di dalam ketidaktahuan dan kebodohan, tanpa disadari membuat kita tidak percaya diri dan cenderung apatis. Kita lebih memikirkan nilai, dan atau kita lebih cenderung memikirkan dunia kita dangan segala pencitraan yang lebih menjurus kepada segala kenikmatan dunia. 

Akhirnya kita takut kepada sebuah kegagalan di masa depan yang seharusnya masa depan itu ditentukan bagaimana kita berbuat di masa yang akan kita lalui perdetiknya dimulai pada pertama kali kita membuka mata.

Mahasiswa yang sehari-harinya menjalani aktivitas akademik, seakan menjalaninya sebagai formalitas yang dilnilai berjalan sebagai kewajiban belajar setelah lulus dari sekolah sebelumnya. Perlu dikaji kembali oleh kita sebagai subjek daripada perjalanan kita selama kita berada dalam prioritas kita menjalani kegiatan akademisi, mengapa mahasiswa berpakaian bebas? Mengapa disebut MAHA-SISWA? Apakah benar kita belajar lebih tinggi daripada apa yang telah kita pelajari dari SD s/d SMA? 

Lalu apakah kita bangga dan yakin bahwa setelah inni kita menjadi lebih berharga daripada mereka yang tidak kuliah? Hal kecil memang, tapi ini menjadi hal yang lebih besar ketika kita mengetahuinya, lebih besar dan berefek besar daripada yang dibayangkan…

Jika kita melihat realita yang terjadi hari ini, kita bagai robot yang segala sesuatunya berjalan sesuai apa yang seharusnya kita lakukan tanpa melihat apa yang terjadi disekeliling kita, maka jika kita berangkat dari sini apakah kita bisa membebaskan diri dari hal yang sebenarnya kita tidak ketahui dasarnya? Kita menjalaninya tanpa kesadaran waktu, tanpa mengetahui apa yang akan kita dapatkan setelah melakukan ini, bila ini sudah terjadi, maka yakinkah itu akan kita dapatkan didalam ketidak tahuan kita??? Dimana kita berpijak, maka disitulah dapat kita temukan hal yang diperbuat sia-sia. Jika saya boleh boleh berkata,

“Bangsa ini tercipta BUKAN Karena kisah ROMANTIKA ROMEO DAN JULIET, Bukan Juga tercipta KARENA PERJUANGAN RAMA MENDAPATKAN SHINTA. Tapi Bangsa Ini Merdeka karena PERJUANGAN SEGENAP BANGSA!!!”

Maka, kita mahasiswa beljarlah dari bagaimana kita mampu membebaskan diri dari ilmu yang kita miliki, agar kita mampu menentukan kemana arah hidup ini yang pada dasarnya dilindungi oleh agama dan berada dalam ruang lingkup bersosial.

Kita harus menyeimbangkan antara Hablumminannas (hubungan Kita dengan manusia lainnya) dan Hablumminallah (hubungan kita dengan tuhan) dan Hablumminal Alam (hubungan kita dengan alam) yang akhirnya kita menjadi ulul albab.

Dari situ, kita juga harus mengingat, ilmu merupakan potensi yang ada pada diri manusia, dan apabila diibaratkan ilmu bagaikan barang, yang sehrusnya berguna bagi orang lain, tapi bila barang itu telah mencapai kadaluarsa, maka barang itu tidak lagi bermanfaat bagi orang lain. Di tegaskan lagi “ilmu bila tidak diamalkan bagai pohon tak berbuah”.


Jadi, seperti apa kedepannya kita???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar