manusia teLah dibendakan, bahkan turun sampai pada level-level benda mati. di butuhkan untuk memenuhi hasrat materialistis dan di campakkan setelah habis fungsinya. maka, kesejahteraan bukan Lagi kebutuhan primer setiap manusia.
selamat datang anak bangsa!!!
ketika yang berserak kini berhimpun, dengan menatap masa depan meraih mimpi mewujudkan cita-cita kemerdekaan dengan semangat Independen jiwa dan diri sebagai Hamba Allah yang senantiasa berada dalam Limpahan Karunia Ilahi
Selasa, 04 Agustus 2009
Eksistensi Berbangsa dan Bernegara
Refleksi tragedy di Tanah Air menyambut Indonesia Baru
Entah apalagi yang melanda Negara ini, kisruh DPT yang tak kunjung damai sampai saat ini, lalu pesawat yang seperti burng sakit, baik itu hilang maupun yang jatuh yang selalu saja merenggut nyawa manusia.
Belum masalah dalam Negara selesai, di tambah permasalahan yang melibatkan lintas Negara. Baik terror yang akibatnya sampai mengancam perpecahan dalam negeri. Perkara idiologi transnasional yang berambisi berkuasa atas nama agama yang kini menambah daftar permasalahan yang sepertinya permasalahan-permasalahan itu tidak lagi menjadi perhatian baik bagi pemerintah maupun bangsa yang seharusnya menjadi kewajiban bagi seluruh elemen bangsa Indonesia yang dicita-citakan dapat menjaga kedamaian dunia demi terciptanya kesejahteraan social bagi seluruh rakyat dunia khususnya Indonesia.
Pemerintah yang kini disibukan dengan kekhawatiran dapat atau tidaknya dalam acara “pembagian kue”, para petinggi Negara yang tidak dapat
menerima kekalahannya dalam Pilpres lalu. Kini seakan moralitas juga rasionalitas terlupakan, permusayawaratan yang tak terwakilkan sebagai norma dasar dalam bernegara tidak lagi dijunjung, tugas pemerintahan menjaga kedamaian juga keamanan serta membangun kesejahteraan tidak lagi di kedepankan.
Entahlah, pemerintah kini tidak lagi membangun nilai moralitas yang baik untuk kemajuan Negara, terbukti dalam pilpres dan pileg yang telah dirasakan dan dijalani oleh segenap bangsa ini lalu akibat yang ditimbulkan olehnya. Kejadian yang tidak dapat diterima oleh akal dan juga fikiran.
Kini mahasiswa pun seakan menghilang, mainstream intelektual mahasiswa tak terbangun dan mindset yang tak tertata dan tidak terpola menjadikannya tidak lagi menjadi tolok ukur kemajuan negri ini.
Pelajar dini pun terpecah dengan turut terjunnya mereka dalam aksi tawuran antar pelajar yang ini membuktikan bahwa tidak ada lagi sosok pemersatu, resistensi yang diajukan kepada aparat penegak hukum pun terbngun karena sikap mereka yang tidak lagi mencerminkan sopan santun berbangsa dan bernegara.
Faktor agama yang di singgung menjadi actor utama, entah benar atau salah. Tapi, yang patut si sadari adalah bahwa, setiap individu kita seharusnya dapat menerima perbedaan yang tetap selalu focus kepada pembngunan jati diri dengan fondasi berdasarkan pada sikap sopan dan berprilaku santun agar terciptanya kedamaian juga kenyamanan dalm hidup yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Biarkan agama menjadi agent of control, yang tidak lagi diperdebatkan apa dan siapa kita, dia juga mereka. Agar agama menjadi pendorong dari segala aspek kehidupan yang tetap pada jalannya.Jalan yang benar.
Kini, bagaimana kita menanamkan attitude baik itu sifatnya privative ataupun secara terkelompok agar tidak terjadi lagi kekisruhan yang dapat menimbulkan kekhawatiran berbangsa juga bernegara. Tidak ada lagi yang termajinalkan.
BHINEKA TUNGGAL IKA
Thank’s Much and more…..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar